
Art Dining: Ketika Kuliner Gresik Bercerita dalam Sajian Penuh Makna
Gresik, 1 Agustus 2025 — Sebuah pengalaman kuliner yang tak biasa tersaji dalam acara Art Dining, sebuah perjamuan seni yang memadukan rasa, rupa, dan narasi budaya dalam satu meja makan. Bertempat di Rumah Besar Kemasan Bedilan, Kebungson, Gresik. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Musim Panen Biennale Jatim XI yang tahun ini mengusung tema “Hantu Laut” refleksi tentang laut, masyarakat pesisir, serta kesadaran kolektif dalam pembangunan kebudayaan.
Acara ini digagas oleh Biennale Jatim, sebuah ruang penting bagi regenerasi, eksperimen, dan pembacaan ulang lanskap seni di Jawa Timur yang telah berdiri sejak tahun 2005. Melalui tema “Hantu Laut”, Biennale Jatim XI memaknai pelayaran seni sebagai upaya menyatukan ekspresi kreatif, warisan budaya, dan pembangunan sosial. Perjalanan ini terlalu luas untuk satu perahu saja. Oleh karena itu, semua pihak diajak untuk bersama-sama menjadi armada yang mampu menaklukkan gelombang perubahan.
Dibawakan secara istimewa oleh Rozana Mutiah, seniman sekaligus chef asal Gresik. Art Dining menyuguhkan kuliner khas daerah yang dikemas secara artistik. Sajian-sajian ini bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk direnungi dan menjadi medium bercerita tentang kehidupan, harapan, dan identitas pesisir.
Disajikan dalam empat babak, konsep Art Dining ini terinspirasi dari filosofi damar kurung, sebuah lentera tradisional Gresik yang memiliki empat sisi cerita. Setiap menu memiliki narasi tersendiri yang mendalam:
- Menu pembuka berupa air mineral, sebagai simbol asal mula kehidupan. Air menjadi titik awal segala yang hidup.
- Babak satu, wedang secang, menyimbolkan penantian. Perubahan warnanya yang perlahan melambangkan mimpi yang merona dalam waktu.
- Babak dua, sego krawu dalam cobek, disajikan dengan penyamaran warna sehingga tersembunyi. Sebuah refleksi tentang keberadaan yang tak selalu tampak.
- Babak tiga, kelo Mboksiyah, dihadirkan dengan nasi sebagai sekat di tengah. Ini melambangkan rintangan atau dinding yang harus dihadapi dalam hidup.
- Babak empat, bongko kopyor, tampil menyerupai bunga kuncup yang hendak merekah. Penyambutan terhadap “Hantu Laut”, simbol kekuatan dan misteri laut.
Sebagai penutup, para tamu disuguhkan berondong jagung dengan aroma lontong roomo dan jenang jubung, dua kudapan khas pesisir Gresik. Sajian ini bukan penutup, tapi lanjutan dari kisah yang terus hidup di tepian laut.
Lebih dari sekadar pengalaman gastronomi, Art Dining menjadi ruang temu bagi jejaring dan stakeholder seni budaya dari Gresik dan Jawa Timur. Acara ini memperkuat upaya kolektif menyukseskan Biennale Jatim XI sebagai ruang ekspresi, refleksi, dan apresiasi seni rupa kontemporer yang inklusif.
Rozana berharap pendekatan lintas disiplin ini mampu memperluas pengaruh kuliner khas Gresik dan membuka jalan bagi lebih banyak bentuk kolaborasi seni dan budaya.
“Ke depan, semoga ini menjadi semangat bersama—bagaimana agar kuliner khas Gresik bisa dikemas lebih baik, lebih dikenal, dan dinikmati oleh lebih banyak orang di seluruh nusantara bahkan dunia,” ujar Rozana.
Melalui Art Dining, Gresik tak hanya menghidangkan makanan. Ia membagikan cerita tentang laut, tentang budaya, dan tentang harapan. Dan di tengah gelombang perubahan, setiap sajian menjadi layar kecil yang mendorong perahu kebudayaan Jawa Timur terus berlayar maju. (ani)
0 Comments