Dua Pemancing Asal Sulawesi Antarkan Indonesia Raih Juara 2 dalam Turnamen Mancing Internasional di Turki
Aiptu Hamzah Basri dan Mulyadi Umar mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Dua pemancing asal Kendari, Sulawesi Tenggara ini mendapatkan juara dua Rosatom International Fishing Tournament 2025, di Mersin, Turki, pada Rabu (22/10/2025). Dalam gelaran yang ketiga kalinya, Rosatom International Fishing Tournament diikuti oleh tujuh negara, yaitu Uzbekistan, Afrika Selatan, Kazakhstan, Turki, Mesir, Indonesia dan Hungaria.
Untuk posisi pertama dimenangkan oleh Hungaria (total tangkapan 6,9 kg). Indonesia juara kedua (6,5 kg) dan Mesir posisi ketiga (4,7 kg). Mulyadi Umar yang kesehariannya berprofesi sebagai ASN di Badan pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Prov Sulawesi Tenggara mengaku sempat terharu dan hendak mengeluarkan air mata saat nama Indonesia diumukan sebagai juara kedua. Yadi juga mengungkap bahwa ada sejumlah kendala yang mereka hadapi. Namun, ia menilai semua itu bisa teratasi dengan kekompakan yang terjadi pada keduanya. "Kita tidak buang jangkar kapal. Jadi kapal itu geser-geser. Kalau seandainya dapat batu karang bisa nyangkut kailnya," ujar Yadi. "Tapi kontur karangnya di sini rata-rata berpasir dan batu, nggak ada batu karang yang besar." Ia menilai, kondisi lautan di Turki sama bersihnya dengan yang ada di Sulawesi Tenggara. Ikan di Mersin ia sebut juga bagus dan berkualitas. "Bersih lautnya Turki, bagus. Ikannya juga sangat lumayan. Buktinya karena kita hanya sekian mil saja dari darat, ikannya ada." Sementara itu, Aiptu Hamzah mengaku bangga bisa menjadi salah satu perwakilan dari Indonesia dalam kompetisi tersebut. "Indonesia mendapatkan juara dua dari semua negara yang ikut dalam kompetisi ini," ujar Hamzah dengan nada bangga. Sehari-hari, Aiptu Hamzah bertugas di jajaran Polda Sulawesi Tenggara.
Di luar dinas, ia dikenal aktif di komunitas pemancingan laut di wilayah Kolaka Utara dan sekitarnya. "Kalau kami di Sulawesi Tenggara, selain di Kolaka Utara, kami juga biasa mancing di daerah lain seperti Kendari dan Bombana," tuturnya. Ia bercerita, hobi memancing sudah lama menjadi bagian dari keseharian para anggota komunitas di daerahnya. Di Kolaka Utara, Hamzah tergabung dalam beberapa komunitas pemancing seperti Bayangkara Pising, Maraja Pancing, dan Rama Pising. "Kurang lebih ada tiga komunitas di Kolaka Utara tempat kami biasa mancing bersama," katanya. Kini, pengalaman memancing di laut Turki menjadi salah satu momen paling berkesan baginya. "Sama seperti di Kolaka Utara, di sini kami juga mancing laut. Bedanya, sekarang kami membawa nama Indonesia," tambahnya dengan senyum bangga.
Di balik kemenangan itu, ternyata ada "rahasia dapur" yang membuat hasil tangkapan mereka jauh lebih banyak dibanding peserta lain. Hal itu diungkapkan langsung oleh Yadi dan Aiptu Hamzah Basri, dua pemancing asal Sulawesi Tenggara yang menjadi bagian dari tim Indonesia. "Kami punya teknik khusus biar bisa mendapatkan lebih banyak ikan," kata Yadi. "Kalau di sini mereka pakai tiga mata kail, kami pakai empat atau lima. Jadi peluang dapat ikannya lebih besar." Menariknya, tim Indonesia tidak menggunakan umpan seperti peserta lain. Mereka justru memakai teknik tradisional yang biasa digunakan di laut Indonesia. "Kami pakai bulu-bulu namanya. Itu lebih cepat dapatnya. Sekali narik bisa tiga atau empat ekor ikan," ujar keduanya. Teknik "bulu-bulu" ini memang sudah lama jadi andalan para pemancing di Indonesia, terutama di wilayah seperti Kendari dan Kolaka Utara. Dengan metode tersebut, mereka bisa memancing di kedalaman hingga 50 meter dan tetap mendapat hasil melimpah.

0 Comments