Inflasi Gresik April 2025 Capai 1,05 Persen, Tarif Listrik Jadi Pendorong Utama

Gresik, 02 Mei 2025 – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik merilis data inflasi terbaru untuk April 2025. Inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) tercatat sebesar 1,05 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,77. Angka ini menunjukkan kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,81 persen, meskipun masih lebih rendah dari capaian April tahun lalu yang mencapai 3,12 persen.


Inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) di Gresik selama April 2025 tercatat sebesar 0,39 persen, sementara inflasi tahun kalender (year-to-date/y-to-d) sejak Januari hingga April mencapai 0,97 persen. Kenaikan inflasi ini sebagian besar dipicu oleh berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik dari PLN. Setelah potongan harga 50 persen untuk pelanggan rumah tangga berhenti berlaku sejak Maret, tarif listrik kembali ke harga normal dan menyebabkan lonjakan harga pada April. Kenaikan tarif listrik menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil mencapai 0,79 persen dari total inflasi bulanan.


Selain tarif listrik, inflasi juga turut didorong oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti santan jadi, udang basah, emas perhiasan, dan sawi hijau. Namun demikian, sejumlah bahan pangan mengalami penurunan harga dan memberikan efek penahan inflasi. Cabai rawit, telur ayam ras, dan daging ayam ras tercatat mengalami deflasi. Harga cabai rawit pada April rata-rata berada di angka Rp68.283 per kilogram, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Telur ayam ras juga turun ke harga rata-rata Rp25.580 per kilogram, jauh di bawah Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah, dan memberikan tekanan deflasi sebesar 0,14 persen.


Secara keseluruhan, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi secara tahunan adalah kelompok kesehatan dengan kenaikan sebesar 8,01 persen dan andil inflasi sebesar 0,21 persen. Disusul oleh kelompok pendidikan yang naik 2,48 persen dan kelompok perawatan pribadi serta jasa lainnya yang naik 3,26 persen. Di sisi lain, satu-satunya kelompok pengeluaran yang mencatat deflasi adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, yang turun 0,82 persen.


Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Timur, inflasi tahunan Gresik sebesar 1,05 persen tergolong moderat. Kabupaten Banyuwangi mencatat inflasi tertinggi sebesar 2,38 persen, sementara inflasi terendah terjadi di Kabupaten Bojonegoro dengan angka 0,85 persen. Data ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi di Gresik meningkat, tekanannya relatif masih terkendali.


Dengan kondisi ini, masyarakat diimbau untuk tetap bijak dalam mengelola pengeluaran, terutama dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok dan energi. Pemerintah daerah diharapkan terus memantau stabilitas harga dan menjamin ketersediaan pasokan barang, khususnya menjelang momen penting seperti tahun ajaran baru dan musim panen. (sin)